Berdasarkan information Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), lebih dari 700 ribu orang meninggal akibat bunuh diri tiap-tiap tahun. Sedangkan di Indonesia, berdasarkan information dari Kepolisian Republik Indonesia (Polri), angka kematian akibat bunuh diri terhadap 2023 naik menjadi 1.350 kasus dari 826 kasus terhadap th. sebelumnya. Sementara Riset kebugaran dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan lebih dari 19 juta masyarakat berusia lebih dari 15 th. mengalami problem mental emosional. Karena itu, Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (KemenKPK) mengingatkan perlunya orang tua sesuaikan gaya komunikasi bersama zaman demi memelihara kebugaran mental remaja.
Wadah Untuk Berdiskusi
“Pola pendekatan kepada remaja dulu bersama saat ini tidak serupa tetapi tetap banyak orang tua yang tidak paham bahwa remaja ini tidak dilahirkan di zamannya. Oleh sebab itu pendekatan kepada remaja, bagaimana cara berkomunikasi, termasuk perlu disesuaikan,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga KemenKPK, Nopian Andusti, di Jakarta, Sabtu, 26 Oktober 2024.
Ia menyebut tetap banyak yang beranggapan anak perlu sesuaikan gaya komunikasi bersama orang tua. Padahal, harusnya orang tualah yang perlu sesuaikan sebab anak atau remaja tidak dilahirkan di zaman mereka. Nopian termasuk menambahkan remaja cenderung lebih nyaman berdiskusi atau menumpahkan perasaan terhadap rekan sebaya, yang kecuali tidak dibimbing atau dikontrol berpotensi memicu anak terjerumus terhadap hal-hal yang tidak benar.
“Kondisi ini perlu tersedia solusinya sebab nyatanya anak-anak remaja ini lebih suka dan nyaman berkomunikasi atau berdiskusi bersama sesamanya atau yang seusia mereka. Yang kami khawatirkan kecuali daerah mereka berdiskusi atau curhat adalah anak-anak atau remaja yang tidak tepat, maka mereka akan terjerumus,” ujarnya. Salah satu solusi menangani kasus problem mental terhadap remaja, KemenKPK udah sedia kan wadah villainessneedsatyrant.com berbentuk Pusat Informasi Konseling Remaja (PIK-R) dan Generasi merencanakan (Genre).
“Oleh sebab itu di sini tersedia wadah remaja. Ada anak-anak Genre yang akan menjadi konselor-konselor supaya mereka memiliki daerah berdiskusi, mencurahkan isi hati, dan saling sharing supaya tiap-tiap kasus yang mereka hadapi dapat diselesaikan. Ada 83 ribu gunakan duta Genre yang sementara ini udah tersebar di seluruh desa,” paparnya.
Nopian mengatakan KemenKPK termasuk berkolaborasi bersama UNICEF untuk sosialisasi perihal kebugaran mental yang ke depan akan diperluas terhadap provinsi-provinsi percontohan. “KemenKPK akan turun bersama UNICEF untuk menambahkan pendampingan dan pelatihan terhadap calon konselor sebaya, yang akan kami perluas di provinsi-provinsi bersama takaran remaja yang memiliki problem mental tinggi,” tuturnya.
“Kami ingin mengajak penduduk untuk menjadi memperhatikan risiko sementara bekerja, terutama kebugaran mental di lingkungan kerja. Tantangan kebugaran mental, layaknya kecemasan, depresi, dan stres, punya potensi besar untuk mencegah pencapaian produktivitas penduduk Indonesia. Oleh dikarenakan itu, pendekatan pengurangan risiko yang komprehensif, terhitung intervensi kebijakan, edukasi, dan perlindungan psikologis, amat diperlukan,” papar Dimas.